A. Pengertian
Pendarahan antepartum adalah pendarahan yang terjadi
setelah kehamilan 28 minggu. (Mochtar,
2002).
pendarahan Antepartum merupakan pendarahan dari traktus genitalis yang terjadi
antara kehamilan minggu ke 28 awal partus.
Perdarahan setelah kehamilan 28 minggu biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 28 minggu; oleh
karena itu memerlukan penanganan yang berbeda. Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang
tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya
tidak seberapa berbahaya
B. Etiologi
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan
plasenta, yang secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk
menentukannya, yaitu plasenta previa dan solusi plasenta. Oleh karena itu
klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut
1. Plasenta
previa
2. Solusio
plasenta
3. Perdarahan
antepartum yang belum jelas sumbernya (idiopatik) seperti rupture sinus
marginalis,plasenta letak rendah dan vasa previa.
a.
Bersumber dari kelainan plasenta
1).
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir ( osteum uteri internal ).
Plasenta previa diklasifikasikan menjadi 3 :
a). Plasenta previa totalis : seluruhnya
ostium internus ditutupi plasenta.
b).
Plasenta previa lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
c).
Plasenta previa marginalis : hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan
plasenta.
Plasenta previa dapat disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain :
(1).
Endometrium yang kurang baik
(2). Endometrium yang peresisten
(3). Korpus
luteum yang bereaksi lambat
2).
Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan
dimana plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir. Biasanya dihitung kehamilan 28 minggu.
Solusio
plasenta dapat diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan tingkat gejala klinik
antara lain :
a).
Solusi plasenta ringan
• Tanpa rasa sakit
• Pendarahan kurang 500cc
• Plasenta lepas kurang dari 1/5 bagian
•
Fibrinogen diatas 250 mg %
b).
Solusio plasenta sedang
•
Bagian janin masih teraba
• Perdarahan antara 500 – 1000 cc
• Plasenta lepas kurang dari 1/3 bagian
c). Solusi plasenta berat
• Abdomen nyeri-palpasi janin sukar
• Janin telah meninggal
•
Plasenta lepas diatas 2/3 bagian
•
Terjadi gangguan pembekuan darah
3). Tidak bersumber dari kelainan plasenta,
biasanya tidak begitu berbahaya, misalnya kelainan serviks dan vagina (
erosion, polip, varises yang pecah ).
C. Patofisiologi
1.
Plasenta previa
Seluruh plasenta biasanya terletak pada
segmen atau uterus. Kadang-kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada
segmen bawah uterus, dimana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa.
Karena segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan,
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan plasenta
dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan sehingga
terjadi pendarahan.
Pendarahan antepartum akibat plasenta
previa terjadi sejak kehamilan 10minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari
mulai melebar serta menipis,umumnya terjadi pada trismester ketiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dindinguterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Pendarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer,
2002)
2. Solusi plasenta
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh
darah plasenta atau uterus yang membentuk hematom pada desisua, sehingga
plasenta terdesak akhirnya terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang
kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus
dan plasenta belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas.
Kejadiannya baru diketahui setelah
plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan
maternalnya dengan bekuan darah lama yang warnanya kehitam-hitaman. Biasanya
perdarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mempu untuk lebih berkontraksi menghentikan
pendarahannya. Akibatnya, hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
D. Tanda dan Gejala
1.
Plasenta previa
a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada
trimester III
b. Sering terjadi pada malam hari saat
pembentukan S.B.R
c. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak
sehingga menimbulkan gejala
d. Perdarahan berwarna merah segar
e. Letak janin abnormal
2. Solusi plasenta
a. Perdarahan disertai rasa sakit
b. Asfiksia ringan sampai kematian intrauterin
c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat
d. Abdomen menjadi tegang
e. Perdarahan berwarna kehitaman
f. Sakit
perut terus menerus
E. Komplikasi
a.
Komplikasi Langsung
-
Perdarahan
-
Infeksi
-
Emboli dan obstetrik syok
b.
Komplikasi tidak langsung
-
Kontraksi tak baik, menyebabkan pendarahan post partum
-
Adanya hipo fibrinogenemia dengan perdarahan post partum
-
Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia,
F. Penatalaksanaan
1.
Plasenta previa
a. Tiap-tiap
perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show ( perdarahan inisial harus
dikirim ke rumah sakit tanpa melakukan suatu manipulasi apapun baik rectal
apalagi vaginal)
b. Apabila ada penilaian yang baik, perdarahan
sedikt janin masih hidup, belum inpartus. Kehamilan belum cukup 37 minggu atau
berat badan janin di bawah 2500 gr. Kehamilan dapat ditunda dengan istirahat.
Berikan obat-obatan spasmolitika, progestin atau progesterone observasi teliti.
c. Sambil mengawasi periksa golongan
darah, dan siapkan donor transfusi darah. Kehamilan dipertahankan setua mungkin
supaya janin terhindar dari premature.
d. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil
yang disangka dengan plasenta previa, kirim segera ke rumah sakit dimana
fasilitas operasi dan tranfuse darah ada.
e. Bila ada anemia berikan tranfusi darah dan
obat-obatan.
2. Solusio plasenta
a. Terapi konsrvatif
Prinsip :
Tunggu sampai perdarahan berhenti dan
partus berlangsung spontan. Perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intra
uterin bertambah lama, bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri
yang robek.
Sambil
menunggu atau mengawasi berikan :
1). Morphin suntikan subkutan
2). Stimulasi dengan kardiotonika seperti
coramine, cardizol, dan pentazol.
3). Tranfuse darah.
b.
Terapi aktif
Prinsip
:
Melakukan tindakan dengan maksud anak
segera dilahirkan dan perdarahan segera berhenti.
Urutan-urutan tindakan pada solusio plasenta :
1). Amniotomi ( pemecahan ketuban ) dan
pemberian oksitosin dan diawasi serta dipimpin sampai partus spontan.
2). Accouchement force : pelebaran dan
peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam villet gauss atau versi
Braxtonhicks.
3). Bila pembukaan lengkap atau hampir
lengkap, kepala sudah turun sampai hodge III-IV :
4). janin hidup : lakukan ekstraksi
vakum atau forceps.
5). Janin meninggal : lakukan embriotomi
6). Seksio cesarea biasanya dilakukan pada
keadaan :
a). Solusio plasenta dengan anak hidup,
pembukaan kecil
b). Solusio plasenta dengan toksemia
berat, perdarahan agak banyak, pembukaan masih kecil.
c). Solusio plasenta dengan panggul sempit.
d).
Solusio plasenta dengan letak
lintang.
7). Histerektomi
dapat dikerjakan pada keadaan :
a). Bila terjadi afibrinogenemia atau
hipofibrino-genemia kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak
cukup.
b). Couvelair uterus dengan kontraksi
uterus yang tidak baik.
F. Konsep Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Plasenta Previa
Anamnesis
1). Keluhan utama
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan
lanjut (trimester III)
2). Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa
nyeri dan berulang.
Inspeksi/inspekulo
a) Perdarahan
keluar pervaginam (dari dalam uterus)
b) Tampak
anemis
Palpasi abdomen
a) Janin
sering belum cukup bulan, TFU masih rendah
b) Sering
dijumpai kesalahan letak janin
c) Bagian
terbawah janin belum turun
Pemeriksaan
USG
a) Evaluasi
letak dan posisi plasenta.
b) Posisi,
presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.
c) Transabdominal
ultrasonography
b. Solusio Plasenta
·Anamnesis
1). Perasaan sakit yang tiba-tiba di
perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit,
dimana plasenta terlepas.
2). Perdarahan pervaginam yang sifatnya
bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan
bekuan-bekuan darah.
3). Pergerakan anak mulai hebat kemudian
terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
4). Kepala terasa pusing, lemas, muntah,
pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar.
5). Kadang-kadang ibu dapat menceritakan
trauma dan faktor kausal yang lain.
Inspeksi
a) Pasien
gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b) Pucat,
sianosis, keringat dingin.
c) Kelihatan
darah keluar pervaginam
Palpasi
a) TFU
naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan.Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut
uterus in bois (wooden uterus) baik
waktu his maupun diluar his.
b) Nyeri
tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
c) Bagian-bagian
janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
Auskultasi
a) Sulit,
karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140,
kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari sepertiga.
Pemeriksaan
dalam
a) Serviks
bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b) Kalau
sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
maupun diluar his.
c) Kalau
ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan
turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini
sering dikacaukan dengan plasenta previa.
Pemeriksaan
umum.
a) Tekanan
darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
b) Nadi
cepat, kecil, dan filiformis.
Pemeriksaan Ultrasonography (USG).
Ultrasonography
adalah suatu metode yang penting untuk mengetahui adanya pendarahan di dalam
uterus. Kualitas dan sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio
plasenta telah meningkat secra signifikan belakangan ini, tetapi bagaimanapun
juga ini bukan metode yang sempurna dan sensitif untuk mendeteksi solusio
plasenta, tercatat hanya 25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan
USG.Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah retroplacental,
tetapi tidak semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran seperti di
atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan
isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta. Gambaran konsisten yang
mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan hematom
retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi
hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran
perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk
menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.
Pemeriksaan laboratorium
a) Urin
albumin
(+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit.
b) Darah
Hb
menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test, karena
pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah
a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1
jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen
(kadar normalnya 150 mg%).
Pemeriksaan
plasenta
a) Sesudah
bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan
cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau
darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.
DAFTAR
PUSTAKA
Doenges, M.E & Moorhouse, M.F. (1996). Rencana perawatan maternal/bayi: pedoman
untuk perencanan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta: EGC
Mansjoer, A. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi
III.
Jakarta: FKUI.
Mochtar, R. (2002). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
thanks gan^^
BalasHapus