Jumat, 05 Oktober 2012

CEDERA KEPALA




  1. Pengertian
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Tarwoto. 2007).
  1. Etiologi
Cedera kepala dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olahraga.
  1. Mekanisme cedera
Cedera kepala disebabkan karena adanya daya/kekuatan yang mendadak dikepala.
Ada tiga mekanisme yang mempengaruhi dalam trauma kepala yaitu
    1. Akselerasi : jika benda bergerak membentur kepala yang diam misalnya orang yang diam dipukul atau terlempar batu.
    2. Deselerasi : Jika kepala bergerak membentur benda yang diam misalnya pada saat kepala terbentur.
    3. Deformitas : perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang terbentur akibat trauma misalnya adanya fraktur kepala, kompresi, ketegangan dan pemotongan pada jaringan otak.
Mekanisme cedera kepala dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah dekat benturan dan kerusakan padadaerah yang berlawanan dengan benturan.
  1. Patofisiologi
Adanya cedera kepala dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan struktur misalnya kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan bikomia otak seperti penurunan adenosine, tripospat dalam mitokondria, perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses :
a.       Cedera kepala primer : merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak.
b.      Cedera kepala skunder : terjadi akibat cedera primer misalnya adanya hipoksia, iskemia, perdarahan.
Kematian pada cedera kepala banyak disebabkan karena gangguan autoregulasi. Ketika terjadi gangguan autoregulasi akan menimbulkan hipoperfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak, karena otak sangat sensitif terhadap oksigen dan glukosa.
  1. Klasifikasi cedera kepala
a. Berdasarkan kerusakan jaringan otak
1)   Komusio serebri (gegar otak) : Gangguan fungsi neurologik ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia retrogard, mual, muntah, nyeri kepala.
2)   Kontusio serebri (memar) : Gangguan neurologik disertai kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit
3)   Laserasio serebri : gangguan fungsi neorologik disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak terbuka. Massa otak terkelupas keluar rongga intracranial.

b. Berdasarkan berat ringannya cedera kepala
1)   Cedera kepala ringan : Jika GCS antara 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau hematoma.
2)   Cedera kepala sedang : Jika nilai GCS antara 9-12, hilang kesadaran antara 30 menit sampai dengan 24 jam dapat disertai fraktur tengkorak, disorientasi ringan.
3)   Cedera kepala berat : Jika GCS 3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai kontusio, laserasi atau adanya hematom, edema serebri.
  1. Tanda dan gejala
a. Fraktur tengkorak
Fraktur tengkorak dapat melukai pembuluh darah dan syaraf otak, merobek durameter yang mengakibatkan perembesan cairan cerebrospinal. Jika terjadi fraktur tengkorak kemungkinan yang terjadi adalah :
1) Keluarnya cairan cerebrospinal atau cairan lain seperti dari hidung dan
     Telinga
2) Kerusakan syaraf kranial
3) Perdarahan dibelakang membran timpani
Jika terjadi fraktur basiler kemungkinan adanya gangguan pada syaraf kranial dan kerusakan bagian telinga dalam. Sehingga kemungkinan tanda dan gejalanya :
-          Perubahan tajam penglihatan karena kerusakan nervus optikus
-          Kehilangan pendengaran karena kerusakan pada nervus auditorius
-          Dilatasi pupil dan hilangnya kemampuan pergerakan beberapa otot mata kerana kerusakan nervus okulomotorius
-          Paresis wajah karena kerusakan nervus fasialis
-          Vertigo karena kerusakan otolith dalam telinga bagian dalam
-          Warna kebiruan dibelakang telinga diatas mastoid.
b. Kesadaran
Tingkat kesadaran pasien tergantung dari berat ringannya cedera kepala, ada atau tidaknya amnesia retrogard, mual, muntah.
c. Kerusakan jaringan otak
Manifestasi klinik kerusakan jaringan otak bervariasi tergantung dari cedera kepala. Untuk melihat adanya kerusakan cedera kepala perlu dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI
  1. Komplikasi
    1. Defisit neurology fokal
    2. Kejang
    3. Pneumonia
    4. Perdarahan gastrointestinal
    5. Disritmia jantung
    6. Hidrocephalus
    7. Kerusakan kontrol respirasi
    8. Incontinensia bladder dan bowel
  2. Test diagnostik
    1. Foto tengkorak : mengetahui adanya fraktur tengkorak, fragmen tulang
    2. Foto cervical : mengetahui adanya fraktur servikal
    3. CT-Scan : kemungkinan adanya subdural hematom, intraserebral hematom, keadaan ventrikel
    4. MRI : sama dengan CT_Scan.
    5. Serum alkohol : Mendeteksi penggunaan alkohol sebelum cedera kepala, dilakukan terutama pada cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.
    6. Serum obat : Mengetahui penyalahgunaan obat sebelum cedera kepala
    7. Pemeriksaan obat dalam urine : mengetahui pemakaian obat sebelum kejadian
    8. Serum human chorionik gonadotropin : mendetekdi kehamilan
  3. Penatalaksanaan medik
    1. Penatalaksanaan umum
1)      Monitor respirasi : bebaskan jalan napas,monitor keadaan ventilasi, periksa AGD, berikan oksigen jika perlu
2)      Monitor TIK
3)      Atasi shock bila ada
4)      Kontrol tanda vital
5)      Keseimbangan cairan dan elektrolit
    1. Operasi
Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intraserebral, debridement luka, kranioplasti, prosedur shunting pada hydrocephalus, kraniotom.
    1. Pengobatan
1)      Diuretik : untuk mengurangi edema serebral misalnya manitol 20%, furosemid
2)      Antikonvulsan : untuk menghentikan kejang misalnya dengan dilantin, tegretol, valium
3)      Kortikosteroid : untuk menghambat pembentukan edema misalnya pemberian deksamethason
4)      Antagonis histamine : Mencegah terjadinya iritasi lambung karena hipersekresi akibat efek trauma kepala misalnya dengan cimetidin, ranitidine
5)      Antibiotika jika terjadi luka yang besar
  1. Pengkajian
Pengkajian ABCD
    1. Airway
Perhatikan kepatenan jalan napas, apakah ada sumbatan, sputum/ sekret, benda asing dan sebagainya
    1. Breathing
Bagaimana pernapasan pasien , frekuensi pernapasan, irama pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan
    1. Circulation
Apakah mengalami cyanosis, diaporesis, mukosa bibir kering atau lembab, dan turgor kulit, nadi teraba lemah/ kuat, frekuensi nadi, tekanan darah , CRT.
    1. Dissability and Drug
Keterbatasan karena kondisi pasien, tingkat kesadaran, obat-obatan yang digunakan sebelumnya, alat bantu yang digunakan.


Pengkajian tambahan
    1. Data biografi : identitas pasien seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, penanggung jawab, status perkawinan.
    2. Riwayat keperawatan : Riwayat medis dan kejadian masa lalu, riwayat kejadian cedera kepala, penggunaan alcohol dan obat-obatan terlarang
    3. Pemeriksaan fisik
1)      Fraktur tengkorak : jenis fraktur, luka terbuka, perdarahan konjunctiva, ekimosis, periorbital dan gangguan pnedengaran
2)      Tingkat kesadaran : Danya perubahan mental seperti lebih senditif, gelisah, stupor, koma
3)      Syaraf cranial : Adanya kelemahan gerakan otot, mata vertigo
4)      Kognitif : Amnesia retrogard diaorientasi, gangguan bahasa dan kemampuan matematika
5)      Rangsangan meningeal : kaku kuduk, kernig, brudzinski
6)      Jantung : Disritmia jantung
7)      Fungsi sensori : lapang pandang, diplopia, gangguan persepsi, gangguan pendengaran, gangguan sensasi raba.
    1. Test diagnostic
1)      radiologi : CT-Scan, MRI ditemukan adanya edema serebri. Hematoma serebral, herniasi otak
2)      Pemeriksaan darah : Hb, Ht, trombocyt dan elektrolit
3)      Pemeriksaan urine : penggunaan obat-obatan.



  1. Diagnosa keperawatan
    1. Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d kerusakan aliran darah skunder edema serebral, hematom
    2. Tidak efektifnya pola napas b/d kerusakan neromuskular, control mekanisme, komplikasi padaparu-paru
    3. Gangguan mobilitas fisik b/d penurunan neuromuskuler, terapi bedrest, immobilisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar