A. DEFENISI
Gagal ginjal kronis adalah
suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju
filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min.
Gagal ginjal kronis
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga terjadi uremia.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dankeseimbangan cairan
dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dansampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001)
- ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1.
Infeksi saluran kemih
(pielonefritis kronis)
2.
Penyakit peradangan
(glomerulonefritis)
3.
Penyakit vaskuler
hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4.
Gangguan jaringan
penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5.
Penyakit kongenital
dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6.
Penyakit metabolik
(DM, gout, hiperparatiroidisme)
7.
Nefropati toksik
8.
Nefropati obstruktif
(batu saluran kemih)
- PATOFISIOLOGI
Gagal ginjal kronis selalu
berkaitan dengan penurunan progresif GFR. Stadium gagal ginjal kronis
didasarkan pada tingkat GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan
mencakup :
1.
Penurunan cadangan
ginjal
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan
fungsi ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan mengkonsentrasi
urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan CCT 24 jam diperlukan untuk
mendeteksi penurunan fungsi.
2.
Insufisiensi ginjal
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 – 35% dari normal.
Nefron-nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic dalam darah
karena nefron yang sehat tidak mampu lagi mengkompensasi. Penurunan respon
terhadap diuretic, menyebabkan oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi
menjadi ringan, sedang dan berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu
pengobatan medis
3.
Gagal ginjal; yang
terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
4.
Penyakit gagal ginjal
stadium akhir
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari
normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal
ditemukan jaringan parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam
jumlah banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan dialisa atau penggantian
ginjal.
- MANIFESTASI KLINIS
1.
Kardiovaskuler
a.
Hipertensi, gagal
jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
b.
Pitting edema (kaki,
tangan, sacrum)
c.
Edema periorbital
d.
Friction rub
pericardial
e.
Pembesaran vena leher
2.
Dermatologi
a.
Warna kulit abu-abu
mengkilat
b.
Kulit kering bersisik
c.
Pruritus
d.
Ekimosis
e.
Kuku tipis dan rapuh
f.
Rambut tipis dan kasar
3.
Pulmoner
a.
Krekels
b.
Sputum kental dan liat
c.
Nafas dangkal
d.
Pernafasan kussmaul
4.
Gastrointestinal
a.
Anoreksia, mual,
muntah, cegukan
b.
Nafas berbau ammonia
c.
Ulserasi dan
perdarahan mulut
d.
Konstipasi dan diare
e.
Perdarahan saluran
cerna
5.
Neurologi
a.
Tidak mampu
konsentrasi
b.
Kelemahan dan
keletihan
c.
Konfusi/ perubahan
tingkat kesadaran
d.
Disorientasi
e.
Kejang
f.
Rasa panas pada
telapak kaki
g.
Perubahan perilaku
6.
Muskuloskeletal
a.
Kram otot
b.
Kekuatan otot hilang
c.
Kelemahan pada tungkai
d.
Fraktur tulang
e.
Foot drop
7.
Reproduktif
a.
Amenore
b.
Atrofi testekuler
- PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan
Laboratorium
a.
Laboratorium darah
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,
Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
b.
Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
c.
Tes kemampuan
pemekatan ginjal
Tujuan
: memeriksa kemampuan untuk memekatkan cairan dalam urine.
Rasional : gejala dini pada
penyakit ginjal dengan tanda-tanda kemampuan pemekatan.
Cara : pemberian cairan
dihentikan selama 12-24 jam untuk mengkaji kemampuan pemekatan pada tubulus.
d.
Pemeriksaan klirens
keratin
Tujuan : - Memberikan nilai ratarata kecepatan
filtrasi glomerulus
-
Mengukur volume darah
dengan kreatinin yang telah dibesihkan dalam waktu 1 menit.
-
Melihat kemajuan
status ginjal klien.
Cara : semua urine
dikumpulkan dalam periode 24 jam & mengambil sampel darah dalam periode 24
jam.
40 – 140 ml/i (laki-laki dewasa)
85 – 125 ml/i (wanita)
e.
Kadar keratin serum
Tujuan : - pemeriksaan
fungsi ginjal yang mencerminkan keseimbangan antara produksi-produksi filtrasi
oleh glomerulus.
-
Indicator yang peka
untuk fungsi ginjal.
0,6 – 1,3 mg/100 ml pada serum.
f.
Kadar ureum (blood
urea nitrogen : BUN) serum
Tujuan : - menilai kapasitas ekskresi urine
-
Kadar ureum bergantung
pada produksi ureum dan aliran urine.
Cara : dilakukan pada serum
10 – 25 mg/100 ml (laki-laki)
8
– 20 mg/100 ml (wanita)
8
– 18 mg/100 ml (anak-anak)
5
– 15 mg/100 ml
(neonates)
2.
Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri,
tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi,
hipokalsemia)
3.
Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks
ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostate
4.
Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
- PENATALAKSANAAN
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ;
SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat
tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan
parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi
dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.
4. Obat-obatan
Diuretik untuk meningkatkan urinasi;
alumunium hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti
epoetin alfa bila terjadi anemia.
- KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis
antara lain :
1.
Hiperkalemia
2.
Perikarditis
3.
Hipertensi
4. Anemia
5.
Penyakit tulang
- PENGKAJIAN
1.
Pengkajian primer
a. Airway
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang.
Selama memeriksa jalan nafas harus melakukan kontrol servikal, barangkali terjadi trauma pada leher. Oleh karena itu langkah awal untuk membebaskan jalan nafas adalah dengan melakukan manuver head tilt dan chin lift Data yang berhubungan dengan status jalan nafas adalah :
1) sianosis (mencerminkan hipoksemia)
2). retraksi interkota (menandakan peningkatan upaya nafas)
3). pernafasan cuping hidung
4). bunyi nafas abnormal (menandakan ada sumbatan jalan nafas)
5). tidak adanya hembusan udara (menandakan obstuksi total jalan nafas atau henti nafas)
b. Breathing
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
Kebersihan jalan nafas tidak menjamin bahwa pasien dapat bernafas secara adekwat. Inspirasi dan eksprasi penting untuk terjadinya pertukaran gas, terutama masuknya oksigen yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Inspirasi dan ekspirasi merupakan tahap ventilasi pada proses respirasi. Fungsi ventilasi mencerminkan fungsi paru, dinding dada dan diafragma.
Pengkajian pernafasan dilakukan dengan mengidentifikasi :
1) Pergerakan dada
2) Adanya bunyi nafas
3) Adanya hembusan/aliran udara
c.
Circulation
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler.
Status hemodinamik dapat dilihat dari :
1) Tingkat kesadaran
2) Nadi
3) Warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral
Sirkulasi yang adekwat menjamin distribusi oksigen ke jaringan dan pembuangan karbondioksida sebagai sisa metabolisme. Sirkulasi tergantung dari fungsi sistem kardiovaskuler.
Status hemodinamik dapat dilihat dari :
1) Tingkat kesadaran
2) Nadi
3) Warna kulit
Pemeriksaan nadi dilakukan pada arteri besar seperti pada arteri karotis dan arteri femoral
2.
Pengkajian sekunder
a.
Aktifitas dan Istirahat
1)
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur
2)
Kelemahan otot dan tonus, penurunan ROM
b.
Sirkulasi
1)
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi,
nyeri dada
2)
Peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi
orthostatic, friction rub
c.
Integritas Ego
1)
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada
kekuatan
2)
Menolak, cemas, takut, marah, irritable
d.
Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e.
Makanan/Cairan
1)
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena
malnutrisi, anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites
2)
Penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f.
Neurosensori
1)
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot,
kejang, kebas, kesemutan
2)
Gangguan status mental,penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan
tingkat kesadaran, koma
g.
Nyeri/Kenyamanan
1)
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri
kaki
2)
Distraksi, gelisah
h.
Pernafasan
1)
Pernafasan Kussmaul (cepat dan dangkal),
Paroksismal Nokturnal Dyspnea (+)
2)
Batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi
edema pulmonal
i.
Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam
(sepsis dan dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat
kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j.
Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k.
Interaksi Sosial
Tidak mampu
bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 : Kelebihan volume
cairan b.d. penurunan haluaran urin, retensi cairan dan natrium sekunder
terhadap penurunan fungsi ginjal.
Tujuan : pasien menunjukkan pengeluaran urin tepat seimbang dengan pemasukan.
Kriteria
hasil : Hasil laboratorium mendekati normal
BB
stabil
Tanda
vital dalam batas normal
Tidak
ada edema.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji status cairan
-
Timbang berat badan
harian
-
Keseimbangan intake
– output
-
Turgor kulit edema
-
Tekanan darah, ND
2.
Batasi masukan
cairan
3.
Identifikasi sumber
potensial cairan:
-
Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan.
-
Makan.
4.
Jelaskan kepada
klien dan keluarga rasional pembatasan.
5.
Bantu klien dalam
menghadapi ketidak nyamanan akibat pembatasan cairan.
|
1.
Merupakan dasar
untuk kelanjutan pemantauan perubahan dan mengevakuasi intervensi.
2.
Menentukan berat
badan ideal, haluaran urine, dan respon terhadap terapi.
3.
Sumber kelebihan
cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi.
4.
Menguatkan pemahaman
dan kerja sama klien dan keluarga.
5.
Kenyamanan klien
meningkatkan kepatuhan klien terhadap pembatasan cairan.
|
Diagnosa 2 : Resiko tinggi
perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d katabolisme protein,
pembatasan diet, peningkatan metabolisme, anoreksi, mual, muntah.
Tujuan : mempertahankan status nutrisi adekuat.
Kriteria
hasil : berat badan stabil, tidak ditemukan edema, albumin dalam batas
normal.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji status nutrisi:
-
Perubahan berat
badan
-
Nilai lab
2.
Kaji pola diet
-
Riwayat diet
-
Makanan kesukaan
-
Hitung kalori
3.
Kaji faktor yang
berperan dalam merubah masukan nutrisi.
-
Anoreksia, mual,
muntah
-
Diet yang tidak
disukai
-
Depresi
-
Kurang memahami
pembatasan diet
-
stomatitis
4.
Menyediakan makanan
kesukaan klien dalam batas diet.
5.
Tingkatkan konsumsi
protein, telur, susu dan daging.
6.
Ciptakan lingkungan
yang nyaman selama waktu makan.
7.
Kaji bukti adanya
masukan protein yang tidak adekuat.
|
1.
Menyediakan data
dasar untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2.
Pola diet dahulu dan
sekarang dipertimbangkan dalam menyusun menu.
3.
Memeberikan
informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah/dihilangkan untuk
meningkatkan masukan diet.
4.
Mendorong
meningkatkan masukan diet.
5.
Untuk mencapai
keseimbangan nitrogen untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
6.
Mencegah anoreksia
dan meningkatkan nafsu makan.
7.
Protein yang tidak
adekuat dapat menyebabkan penurunan albumin dan protein lain, pembentukan
udema dan perlambatan penyembuhan.
|
Diagnosa 3 : resiko tinggi
perubahan membrane mukosa b/d kurang/penurunan salvias, pembatasan cairan,
perubahan urea dalam saliva menjadi ammonia.
Tujuan : mempertahankan integritas membrane mukosa.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Inspeksi rongga
mulut; perhatikan kelembaban, karakter saliva, adanya inflamasi, ulserasi
leukoplakia.
2.
Berikan cairan sepanjang
24 jam dalam batas yang ditentukan.
3.
Berikan perawatan
mulut, berikan permen mint/karet antara makan.
4.
Anjurkan hygiene
gigi yang baik setelah makan dan mau tidur.
5.
Anjurkan produk
pencuci mulut lemon atau gliserin yang mengandung alcohol.
|
1.
Untuk intervensi
segera dan mencegah infeksi
2.
Mencegah kekeringan
mulut berlebihan dari periode lama tanpa masukan oral.
3.
Membantu menyejukkan
melumasi dan menyegarkan mulut.
4.
Menurunkan
pertumbuhan bakteri dan potensial infeksi.
5.
Bahan tersebut dapat
mengiritasi mukosa dan menimbulkan ketidaknyamanan.
|
Diagnosa 4 : Resiko tinggi
penurunan curah jantung b.d. ketidakseimbangan volume sirkulasi,
ketidakseimbangan elektrolit
Tujuan : klien dapat mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria
hasil : TD dan HR dalam batas normal
Nadi perifer kuat
dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Diagnosa 5 : Intoleransi
aktivitas b.d. penurunan produksi energi metabolic, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas yang dapat ditoleransi.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji faktor yang
menimbulkan keletihan:
-
Anemia
-
Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit
-
Retensi produk
sampah
-
depresi
2.
Tingkatkan
kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditolerans; bantu jika
kelebihan terjadi.
3.
Anjurkan aktifitas
alternative sambil istirahat.
4.
Anjurkan untuk
istirahat setelah dialysis.
|
1.
Menyediakan
informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
2.
Meningkatkan
aktifitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri.
3.
Mendorong aktifitas
dalam batas-batas yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
4.
Bagi banyak klien
dialysis sangat melelahkan.
|
Diagnosa 6 : Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit b.d gangguan status metabolic, edema, kulit kering,
pruritus.
Tujuan : mempertahankan kulit tubuh
Kriteria
hasil : kulit hangat, utuh, turgor baik, tidak ada lesi
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Pantau masukan
cairan dan hidrasi kulit dan membrane mukosa
2.
Inspeksi area
tergantung terhadap edema
3.
Ubah posisi dengan
sering; gerakkan klien dengan perlahan.
|
1.
Mendeteksi
hidrasi/dehidrasi yang berlebihan mempengaruhi sirkulasi dan integritas
jaringan tingkat seluler.
2.
Jaringan edema lebih
cenderung rusak/robek.
3.
Menurunkan tekanan
pada edema, jaringan dengan perpusi buruk untuk menurunkan iskemi.
|
Diagnosa 7 : Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d keterbatasan kognitif,
kurang terpajan, misintepretasi informasi
Tujuan : klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan,
melakukan dengan benar prosedur yang perlu, perubahan perilaku hidup.
Intervensi
|
Rasional
|
1.
Kaji pemahaman
mengenai penyebab gagal ginjal dan konsekuensinya.
2.
Jelaskan fungsi
ginjal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai tingkat pemahaman dan kesiapan
klien untuk belajar.
3.
Berikan informasi
tentang:
-
Fungsi dan kegagalan
ginjal
-
Pembatasan cairan
dan diet
-
medikasi
|
1.
instruksi dasar
untuk penjelasan dan penyuluhan lebih lanjut.
2.
Belajar menerima dan memahami diagnosis dan
konsekuensi nya.
3.
Klein memiliki
informasi yang dapat digunakan untuk klarifikasi selanjutnya dirumah.
|
DAFTAR PUSTAKA
Bruner &
Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Volume 2. EGC: Jakarta.
Doenges, M. E.
(1999). Rencana Asuhan Keperawatan.
EGC: Jakarta.
Harnawatiaj. (2008). Gagal Ginjal Kronik. http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/gagal-ginjal-kronik.
diperoleh tanggal 14 April 2008.
Gun. (2007). Gagal ginjal kronik. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/laporan-pendahuluan-gagal-ginjal-kronis.html.
diperoleh tanggal 14 April 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar